Pemain
Keputusan Melepas pemain Berdasarkan Analisa Attribute
Sebelum melanjutkan cerita perjalanan TSV 1860 Munich di Divisi Dua, saya ingin sampaikan beberapa hal soal pemain. Pertama, saya bahas pemain saya, Korbinian Vollmann. Saya putuskan untuk loan out Vollmann, bahkan di akhir musim nanti saya akan menjualnya. Kenapa? Karena, Attribute Flair milik Vollmann tidak seimbang dengan Attribute lainnya. Perhatikan gambar di bawah. Saya jelaskan sedikit.
Korbinian Vollmann Attribute.
- Flair bisa menjadi senjata mengerikan bagi anda untuk menghancurkan musuh. Kenapa? Karena, Flair merupakan bakat alami dalam diri seorang pemain yang mendorongnya untuk melakukan hal-hal spektakuler, seperti long Pass 1 sentuhan macam Zidane, Roullete dalam ruang yang sempit, Long Shot dari posisi yang sangat tidak nyaman, tendangan voli jarak jauh, dll.
- Flair sangat dibutuhkan dan (bisa) sangat bermanfaat bila anda merasa taktik anda stuck dalam membongkar pertahanan musuh.. Tetapi, tanpa dibarengi Attribute lain, Flair hanya akan jadi senjata makan tuan. Ini yang terjadi pada Korbinian Vollmann dan TSV 1860 Munich. Berkali-kali ia lakukan hal spektakuler yang sia-sia. Berkali-kali ia lakukan Long Shot atau Umpan Jauh prematur tanpa hasil. Dan ini disebabkan oleh, Flair yang tidak dibarengi (seimbang) Attribute lain. Anda lihat Anticipation 10, Creativity 11, Decision 7, dan Technique 12.
- Dorongan untuk melakukan hal luar biasa, tanpa dibarengi pembacaan permainan yang bagus (Anticipation), tanpa dibarengi kemampuan melihat opsi (Creativity), tanpa dibarengi pengambilan keputusan yang tepat (Decision), dan tanpa Technical Attribute mumpuni, hanya akan buat anda stress melihat pemain anda melakukan shoot atau Passing “ngawur” sepanjang pertandingan. Ini yang terjadi pada Vollmann. Saya sudah lakukan berbagai tweak. Mulai dari penempatan posisi dia yang agak deep lantas dibarengi dengan Duty Support, sampai saya instruksikan dia untuk Dribble Less, Short Pass, Feweer Risky Pass, dan Shot Less Often, Vollmann tetap melanjutkan aksinya. Dia seperti bermain di dunianya sendiri. So, saya putuskan, jual atau mutual termination.
Sekarang, kita lihat pemain saya yang lain. Kali ini, bukan soal buang-membuang pemain. Tapi, soal Development. Masih ingat dengan Manfred Bungert salah satu Youth Intake di awal tahun 2014? Saya melihat dia berpotensi. Tau dari mana? Feeling, gan. Hehe. Jadi, bisa saja saya salah, bisa pula saya benar.
Perkembangan Manfred Bungert.
Di bawah saya sajikan perbandingan Manfred Bungert pertama kali saya rekrut dengan Manfred Bungert setelah 2 tahun berada di Tim Junior.
- Terjadi peningkatan Attribute. Dari progress Attribute milik Bungert, tampaknya dia ini ditakdirkan menjadi Gelandang Bertahan. Saya tadinya mau mendorong Creativity milik Bungert untuk naik lebih banyak, dengan melatihnya pada posisi DLP (Deep Lying Playmaker), tapi, saya lihat Attribute ini agak susah naik. Saya rasa, ini karena, Bungert bukan dilahirkan sebagai Deep Lying Midfielder seperti Andrea Pirlo, tetapi, sangat mungkin Bungert menjadi seorang Defensive Midfielder atau Central Midfielder.
- Kendala saya, adalah, Coaching Staff dan Fasilitas Latihan yang belum mencapai level sempurna (Top). Jadi, yang bisa saya lakukan adalah di sisa musim ini, saya akan promosikan Bungert ke tim utama sebagai cadangan yang berlatih di fasilitas tim senior. Gagasan dasarnya, saya ingin Bungert mendapatkan pengalaman dan beradaptasi lebih awal sebelum musim depan saya perbanyak Minute Play Bungert. Musim ini, saya akan mainkan Bungert di beberapa partai baik hanya sebagai cadangan atau cadangan yang masuk di menit-menit akhir.
- Saya akan update perkembangan Bungert di akhir musim depan (2016-2017), saat saya sudah (semoga, amin) di Divisi Utama Bundesliga.
Staff Advice, Perlukah Anda Turuti?
- Anda lihat Advice yang disampaikan Daniel Bierofka? Ia yakinkan saya bahwa, dengan melatih PPM Knocking Ball pass Opponent terhadap Julian Weigl, permainan Julian Weigl akan meningkat. Apa pendapat anda? Buat saya, ini tidak masuk akal.
- Pertama, anda perlu analisa “Attribute Dribble” pemain anda. Apa saja itu? Technique, Dribble, dan Acceleration. Flair, Creativity, dan Composure akan membantu keahliannya dalam menlakukan Dribble. Julian Weigl jelas tidak punya “Attribute Dribble”. Sehingga, bila Weigl memiliki PPM Knock Ball Past Opponent yang terjadi, adalah, “bencana”.
- Ke-dua, lihat posisinya. Weigl saya plot sebagai Central Midfielder. Dan, saya tidak melihat perlunya Central midfielder saya untuk memiliki PPM ini. Beda halnya, kalau anda punya Sayap Serang Cepat macam Sherdan Shaqiri atau Theo Walcott, PPM ini jadi sangat berguna bagi mereka dan tim.
- Saya tolak advice ini. Intinya, kawans, analisa baik-baik apa yang Staff anda sarankan, baru ambil putusan, Start (mulai) atau Dismiss (tolak).
Kompetisi
Kembali ke kompetisi. Sampai pekan ke-19, posisi klasemen masih sama. Saya masih bisa pertahankan puncak klasemen. Sementara, Augsburg, yang ada di posisi ke-dua juga mampu mempertahankan perolehan nilai untuk tetap menempel 1860 Munich dengan poin yang sama.
Di pekan ke-22, saya dikalahkan oleh Leipzig. Lagi-lagi Leipzig. Di tulisan Bagian Empat, saya sempat bahas sedikit partai menghadapi Leipzig di Allianz. Saya sempat agak jengkel, karena, saat itu Leipzig yang saya pikir bisa saya kalahkan ternyata mampu memaksakan hasil imbang, setelah hanya dalam 29 menit saya unggul dengan skor 2-0.
Leipzig betul-betul mempecundangi saya. Leipzig memilih formasi 4-2-3-1 Wide. Saya pikir, kalau saya gunakan bentuk 4-1-4-1 dan mematikan AMC Leipzig, minimal saya bisa meraih 1 poin. Bahkan, bisa memenangkan pertandingan dengan tweak yag tepat. Iya nggak? Nooooooooo. Yang terjadi justru sebaliknya. Di babak pertama saja, Leipzig mampu membuat dua gol, oleh Daniel Frahn, yang salah satunya merupakan assist Galindo, AMC nya Leipzig!!
Skor 2-0 bertahan hingga pertandingan berakhir. Leipzig 2-0 TSV 1860 Munich. Musim ini Leipzig jadi Bogey Team buat TSV 1860 Munich. Untungnya, di saat yang sama Augsburg juga menderita kekalahan.
Singkat cerita, sampai saya selesaikan partai ke-25, puncak klasemen masih ada dalam genggaman. Ini jadi tanda-tanda yang sangat positif. Paderborn? Mereka ada di posisi 9, berselisih 6 poin dengan Runner-Up sementara, Dynamo Dresden.
Murray Wallace menjadi pemain dengan Average Rating terbaik ke-3 (7,35) di Divisi Dua Liga Jerman. Totalnya, Wallace bermain 20 kali, 18 di antaranya sebagai starter. Mengoleksi 3 gol, 2 assist, dan 4 PoM. Serta, baru satu Yellow Card. Melakukan 2,95 Tackle Per Game dan 81% Passing Completion.
Setelah pertandingan menghadapi Bielefeld, segalanya tampak sangat indah. Dunia serasa milik TSV 1860 Munich. Anda lihat klasemen di atas? Saya unggul 8 (delapan) poin dari Runner Up sementara, Dynamo Dresden, dengan keunggulan 1 partai di tangan. Kalau saya memenangkan pertandingan menghadapi Augsburg di pekan ke-26, bukan hanya jarak dengan Runner Up yang menjauh. Tapi, saya juga akan menghancurkan Morale Augsburg yang untuk sementara berada di peringkat ke-tiga. Mantab. Sekali tembak, saya langsung menghajar dua ekor burung.
Menghadapi Augsburg
-
Kali ini Ouasim Buoy masih belum bisa bermain penuh, karena, cedera.
Saya akan masukan Buoy di bangku cadangan. Karena, menurut estimasi tim
Dokter, Buoy akan sembuh dalam berapa hari ke depan. Sementara partai
Augsbyrg baru akan berlangsung 8 hari dari sekarang.
- Formasi awal. Saya putuskan Adlung meempati posisi yang biasa ditempati Buoy dengan Role-Duty AP-A.
- Saya putuskan bermain Formasi bertahan. Anda lihat saya gunakan kombinasi Defensive-Very Rigid sebagai framework Taktik ini. Saya ingin tahu, sejauh mana formasi bertahan ini mamu membawa kemenangan bagi saya di partai penting ini.
- Menit ke-28 saya unggul 1-0 lewat gol Javier Noblejas. Menit ke-28, Augsburg menyamakan kedudukan lewat Tobias Werner. Selanjutnya, pertandingan berlangsung menjengkelkan buat saya. Pemain saya melepaskan tendangan 9 kali, tapi yang on target hanya 1.
- Menit ke-60, saya tarik Tomasov (Kiri) dan Jonsson (Kanan), saya masukan Ouasim Buoy dan Daniel Hertner. Perubahan PI saya lakukan. Kalau tadinya, Marin Tomasov saya perintahkan Cut Inside, maka sekarang, Daniel Hertner yang berjiwa bek sayap saya instruksikan Run Wide with Ball. Daniel Adlung ke kanan dengan instruksi Cut inside. Posisi AMCL yang tadinya ditempati Adlung, saya berikan pada Ouasim Buoy dengan Role Eg. Saya tidak ingin Buoy “banyak bergerak”. Saya ingin ia lebih statis dan mengandalkan umpan. Perilaki seperti ini, ada pada natural-character Eg. Perubahan menjadi seperti ini.
- Puncak kejengkelan saya terjadi di menit 75. Augsburg berbalik unggul. Ini partai penting untuk saya bisa sekali tembak dan melukai dua burung. Tapi, yang terjadi para pemain tampil sangat “lembek”. Saya segera ubah Team Instruction, menjadi Higher Tempo, Direct Pass, Mentality saya ubah ke Attacking, dan Fluidity saya ubah menjadi Fluid.
- Menit 87 Noblejas yang memegang bola di sisi kiri, memberikan umpan pendek pada Hertner, yang kemudian memberikan umpan terobosan pada Ouasim Buoy, perintah saya pada Buoy untuk Cross to Far Post membuahkan hasil, Crossingnya ke tiang jauh disambut dengan tendangan voli oleh Adlung si IF kanan saya. Skor berubah 2-2. Saya segera perintahkan Adlung dan Hertner untuk lebih agresif menyerang, dengan memberikan mereka Duty Attacking. Weigl saya switched menjadi BBM-Support dari yang tadinya CM-A. Ini untuk berjaga-jaga, karena, 2 sayap saya + 2 Bek sayap akan agresif menyerang, saya harus pastikan ada yang menjadi satpam dengan bergerak lebih moderat.
- Menit ke-93, TSV 1860 mendapatkan Corner Kick. Seperti biasa, Ouasim akan mengambil penalti di kanan. Karena, saya lebih suka Corner Kick yang melengkung ke dalam daripada lengkung ke luar. Corner diambil, arahnya bagus, dan jatuh di tempat yang tepat. Kai Bullow Bek Tengah yang saya perintahkan Near Post Flick On, menyambut bola tanpa penjagaan. Heading!! Gol!!!!!!!!!! Skor berubah. TSv 1860 Munich 3-2 Augsburg.
-
Partai krusial di pekan ke-26 saya menangkan dengan dramatis. Penuh
emosi, penuh tweak, dan penuh kejutan. Posisi saya di puncak klasemen
semakin aman. Menyisakan 8 partai dan saya unggul 11 poin dari Runner-Up
sementara. Promosi di depan mata, gan.
Attacking Corner
Sebelum saya lanjut, saya mau perlihatkan apa pertimbangan saya dalam arrangement Corner Kick. Perlu dicatat sebelumnya, dengan Corner Kick arrangement ini, tidka berarti anda akan mudah memenangkan pertandingan. Bukan itu konsepnya. Yang paling penting di sini adalah, anda manfaatkan semua tool yang disediakan oleh SI sebagai Developer FM. Maksud saya, anda ciptakan taktik menyerang untuk membuat gol dan menang, bukan? Nah, dengan Corner Kick arrangement semaksimalnya, anda sedang berusaha memanfaatkan semua kesempatan yang tersedia. Berhasil atau tidak, kondisi dan ME yang menentukan. Yang penting, anda sudah berusaha maksimal.
Ingat kawan, yang paling memalukan dari kekalahan adalah bukan kekalahan itu sendiri, tetapi, yang lebih memalukan, adalah, kita belum berusaha semaksimal mungkin memanfaatkan semua potensi yang ada.
- Pertama, identifikasi mana pemain anda yang memiliki Jumping-Heading terbaik.
- Selanjutnya, identifikasi mana pemain anda yang punya Attribute Corner, Crossing, dan Passing terbaik. Saya menyukai Corner Kick tipe melingkar ke dalam. Sehingga, saya tempatkan pemain berkaki kiri untuk mengambil Corner di Kanan (seperti di partai Augsburg di atas) dan sebaliknya.
-
Ke-tiga, tempatkan pemain-pemain dengan Jumping-Heading terbaik pada
posisi Challenge GK, Attack Near Post, Attack Far Post, Stand On Far
Post, dan Near Post Flick On.
- Prosentase keberhasilan saya memanfaatkan Corner berasal dari (berurutan) Attack Near Post, Attack Far Post, dan Near Post Flick On. Ini sebabnya, pemain dengan Jumping-Heading terbaik saya tempatkan di Attack Near Post.
- Sisakan pemain untuk lurk Outide the Area dan Attack From Deep. Serta, minimal 2 pemain Stay Back.
Attacking Corner. TSV 1860 Munich. Ryan Tank Football Manager
Di pekan ke-28 dan 29, langkah saya sedikit terhambat. Braunsweigh menahan saya 1-1, di Allianz Arena lewat gol penyama kedudukan di menit terakhir. 8 hari kemudian, Dinamo Dresnden menghajar saya dengan skor 2-4. Untungnya, di pekan ke-30, saya mampu kembali ke trek yang seharusnya, dengan mengalahkan Paderborn 2-1 di Allianz Arena.
- Lagi-lagi Paderborn. Klub tempat Moritz Stoppelkamp bermain. Menit 71, Rick ten Voorde membawa Paderborn unggul 0-1. Haduh.... Saya lantas berbuat nekat. Saya masukan pemain muda saya Michael Escherich. Ntah mengapa, feeling saya mengatakan nih anak mungkin bisa membawa perubahan. Ntahlah, bisikan dari mana saya juga gak tau. Mungkin Malaikat kiriman Langit ;)
-
Usianya saat itu masih 17 tahun!! Iya, 17 tahun, gan. Itulah kenapa
saya panggil dia anak. Menit 80 saya masukan Michael, menggantikan Marin
Tomasov di Kanan. Saya juga masukan Rasmus Jonsson di menit yang sama,
menggantikan Emiliano Sala di depan. Tidak lupa, saya rubah formasi,
dari yang tadinya 4-1-4-1, saya ubah ke 4-1-2 CM-2 IF-1.
- 2 menit kemudian, menit ke-82, Rasmus Jonsson yang sebelumnya drop deep untuk menerima bola dari Ouasim Buoy, mengirimkan sebuah umpan terobosan sempurna. Michael Escherich yang lakukan Run from Deep, menerimanya dengan tenang. Saat one on one dengan kiper, bola sedikit di-chop olehnya ke tiang jauh. Gol. Skor berubah menjadi 1-1. Escherich mencetak gol dari shot pertamanya. Escherich menjadi pemain muda yang tampil. Escherich juga menjadi pencetak gol termuda bagi TSV 1860 Munich.
- 2 menit kemudian, Rasmus Jonsson, membalikan keadaan. Buoy yang merebut bola di garis tengah lapangan, memberikan bola pada Wannenwetsch, kemudian, oleh Wannenwetsch, bola diarahkan ke depan. Rasmus Jonsson mengejarnya, saat masuk ke kotak 16, Jonsson melepas sebuah tembakan keras, terarah ke pojok kiri atas gawang. Goll!!!! TSV 1860 Munich 2-1 Paderborn. 2 pergantian saya membuahkan keajaiban. Kami sukses membalikan keadaan.
Dengan kemenangan ini, TSV 1860 Munich, memastikan satu tempat Promosi. Dan, dengan 1 poin lagi, saya akan pastikan diri sebagai juara 2nd Division German League.
Table After Match day 30. Ryan Tank Football Manager
Selanjutnya, saya tidak tertahankan lagi. Setelah partai menghadapi Dresden, TSV 1860 Munich memenangkan 5 partai sisa. Dan, membuat point gap menjadi sangat jauh. Di pekan ke-34, selisih poin saya menjadi 16 poin.
Full Match Result. Ryan Tank Football Manager
Ini hasil akhir kompetisi. TSV 1860 Munich juara satu 2nd Division German League.
Final Table. TSV 1860 Munich 2015-2016. Ryan Tank Football Manager
Banyak hal positif saya raih musim ini. Beberapa di antaranya :
- Operasi Transfer berakhir sukses. 2 pemain saya menjadi Signing of the Season. Yaitu, Ouasim Buoy dan Muray Wallace. Murray Wallace, bahkan menjadi pemain dengan Average Rating tertinggi ditambah gelar Fans Player of the Year 2015-2016. Bulan Juni ini, Kontrak Wallace di Huddersfield berakhir. Untungnya, di bulan Januari kemarin saya sudah mengamankan Wallace untuk bersama TSV 1860 Munich hingga 4 tahun ke depan.
- Saya berhasil mengorbitkan 2 pemain muda untuk masuk di tim utama. Salah satu di antaranya, yaitu, Michael Escherich bahlan menjadi pemain muda sepanjang sejarah yang bermain dan mencetak gol, untuk tim utama. Sementara, Manfred Bungert, walaupun karir tim utamanya belum secemerlamg Michael, tapi, perkembangan Attribute nya merupakan yang terbaik.
Perjuangan panjang yang berakhir manis. Apalagi, kalau mengingat 2 kegagalan, di 2 musim sebelumnya, yang justru terjadi di saat-saat terakhir. Saya sangat dongkol sekali di akhir musim lalu. Kesempatan Runner Up melayang karena ketidak berdayaan menghadapi tim-tim di 4 besar. Dan, terjadi di saat-saat terakhir. Mirip dengan kegagalan di musim pertama. Saya masih ingat itu. Di musim ini hal tersebut tidak terjadi lagi. Bahkan, penampilan tim jauh meningkat dibandingkan 2 musim sebelumnya.
Di awal musim 2015-2016, saya sudah katakan, Cukup Sampai di Sini. Cukup Sampai di Sini, saya gagal Promosi. Dan, hal tersebut terbukti di akhir musim 2015-2016. TSV 1860 unich bukan hanya promosi, tapi, kami berhasil juara Liga dengan selisih 16 poin.
Sampai Jumpa di tulisan saya Bagian Ke-Enam nanti, di musim 2016-2017, di Divisi Utama Jerman, di Bundesliga. Selamat malam. Terima kasih sudah mengikuti cerita ini. #salamFM#.
RyanTank100,
0 Komentar